Modal Guru Agar Bisa Membuat Tertawa Anak Didik
Betapa pentingnya seorang guru mengajak para muridnya untuk bisa tertawa. Sehingga, tidak ada alasan bagi seorang guru yang ingin dicintai oleh anak didiknya berkata bahwa ia tidak bisa membuat tertawa. Meskipun hanya berupa selingan dalam proses belajar mengajar, kemampuan untuk bisa membuat anak didik tertawa harus dipelajari. Dalam membuat anak didik tertawa, beberapa hal berikut perlu untuk diperhatikan:
a. Tertawa dengan Cerita Lucu
Orang bisa tertawa oleh karena cerita yang lucu. Banyak sekali cerita-cerita yang lucu beredar di masyarakat. Meski demikian, tidak semua orang telah mendengar cerita lucu itu. Oleh karena itu, seorang guru sesekali perlu menyampaikan cerita lucu itu kepada anak didiknya. Sudah tentu, sebagai seorang pendidik maka cerita lucu yang disampaikan kepada anak didiknya adalah cerita-cerita lucu yang mendidik.
Berkaitan dengan cerita lucu ini, seorang guru dapat memperkaya khazanah cerita lucunya dari beberapa buku bacaan yang tak jarang di dalamnya memuat cerita lucu, bahkan ada juga yang sengaja khusus berisi cerita lucu. Agar wawasan anak didik semakin luas, seorang guru perlu juga menyampaikan cerita-cerita lucu yang terjadi di kota, daerah, suku, atau pulau lain di dalam negeri. Demikian pula dengan cerita-cerita lucu yang berasal dari negara lain pun dapat disampaikan kepada anak didik.
Cerita lucu yang dapat disampaikan kepada anak didik juga dapat digali oleh seorang guru secara kreatif dari kejadian atau kisah nyata yang dialami oleh sang guru sendiri di masa lalu. Jadi, semacam kenangan lucu yang dapat dibagikan kepada anak didik untuk diambil pelajaran atau hikmah dari kejadian tersebut. Berdasarkan pengalaman penulis, banyak di antara anak didik yang justru sangat menyukai bila diberikan cerita lucu yang berasal dari pengalaman di masa lalu. Dalam berbagai pengalaman cerita lucu yang berasal dari pengalaman ini kemudian tidak jarang anak didik juga menyampaikan pengalamannya yang bisa jadi hampir serupa. Maka, terjadilah interaksi dalam berbagi cerita yang menyenangkan.
b. Komentar Pendek yang Lucu
Orang juga bisa tertawa dari komentar pendek yang terlontar atau sengaja dilontarkan dan dinilai mengandung hal yang lucu. Komentar pendek ini biasanya mucul secara spontanitas. Di sinilah dibutuhkan kreativitas tersendiri dari seorang guru untuk mengeluarkan komentar yang mengandung kelucuan sehingga anak didik pun tertawa.
Meskipun komentar yang mengandung kelucuan ini seringkali muncul secara spontan, akan tetapi seorang guru dapat merencanakan untuk berkomentar yang lucu. Misalnya, pada saat mempersiapkan materi yang akan diajarkan, seorang guru sudah mencari peluang pada bagian yang mana ia akan memunculkan komentar lucu.
Sengaja memunculkan komentar yang lucu ini sebenarnya bukan hal yang baru. Sebagaimana para pembawa acara (MC) pada acara-acara yang nonformal atau bahkan para pelawak yang pekerjaannya adalah memancing tertawa para penontonnya, jangan dikira komentar dan ungkapan lucu yang mereka lontarkan semuanya serba spontanitas. Bisa jadi sebagian di antaranya memang muncul secara spontanitas, namun sebagian besar dari ungkapan lucu memang sudah direncanakan dengan baik. Di sinilah seorang guru diharapkan bisa secara kreatif untuk merancang komentar yang lucu sehingga bisa menyegarkan suasana dalam proses belajar mengajar.
c. Lucu yang Tidak Menghina
Ada hal penting yang perlu diperhatikan oleh seorang guru ketika menyampaikan cerita atau komentar lucu kepada anak didiknya, yakni hendaknya kelucuan yang disampaikannya tidak mengandung muatan yang menghina. Hal ini sangat perlu untuk diperhatikan karena guru adalah seorang pendidik dan ketika menyampaikan cerita atau komentar lucu pun dalam proses pendidikan.
Seorang guru tentu berbeda dengan seorang pelawak yang menampilkan kelucuan di panggung dengan secara bebas. Ada norma dan kaedah yang mesti dijunjung oleh seorang guru. Salah satu hal penting yang harus diperhatikan adalah jangan sampai menghina, baik itu menghina anak didik, orangtua, lingkungan sekitar tempat tinggal, apalagi menghina yang bermuatan sara (suku, agama, ras, dan antargolongan).
Masih terkait dengan lucu yang tidak menghina adalah tidak menghina kehormatan manusia pada umumnya. Misalnya, lucu yang bersifat pornografi. Memang, apabila menyerempet hal-hal yang bersifat pornografi biasanya mudah untuk membuat orang lain tertawa. Apalagi bagi anak didik yang sedang tumbuh dan berkembang menuju remaja dan dewasa, tentu segala hal yang bersifat pornografi menjadikan mereka penasaran. Di sinilah seorang guru dituntut untuk bisa mengemas cerita atau komentar yang membuat tertawa, akan tetapi yang sekaligus tidak menghina kehormatan manusia pada umumnya.
sumber:http://www.wikimu.com